Dhini Aminarti dan Dimas Seto jadi sorotan terkait kabar mengikuti program kehamilan. Dugaan ini muncul setelah Dhini posting foto bersama Dimas sembari mention pihak rumah sakit.
“Bismillah persiapan bulan depan, semoga Allah mudahkan 🤲🏻Makaaaaaaaaasiiii @rspondokindah,” tulis Dhini. Tak lama, netter banjir dukungan buat dirinya dan Dimas. Ada pula yang mengira Dhini dan Dhimas sedang program soal anak.
“Semoga Allah mudahkan dan lancarkan.. aku pun pejuang garis dua,” ujar netter. “Semoga Allah mudahkan , dan Allah jabbah doa” kita semua pejuang garis dua .. 😢🤲🏻 semngat terus yah mbak dini dan mas Dimas ,, semoga Allah ijabah usahanya kali ini .. Barokallah mbak ❤️,” kata netter. “Ini kek ny roman2ny pgn bayi tabung ato promil alhamdulillah smg dilancarkan aamiinn,” kata yang lainnya.
Namun, ada pula netter yang menduga jika Dhini dan Dimas hendak vaksin di rumah sakit. Keduanya justru diprediksi akan berangkat umrah setelah mendapat vaksin.
“Kayaknya mau umroh, itu vaksin pneumonia. Yassarallaah ☺️,” tutur netter. “Iya betul mau umroh,” seru netter. “Skrg kalau umroh harus vaksin ini ya?” tanya netter. “Iya kk, kalau umroh sekrang wajib vaksin meningitis,” kata yang lainnya.
Masih soal Dhini dan Dimas, keduanya tetap tawakal meski belasan tahun belum dikaruniai momongan. Tak hanya itu, keduanya juga mendedikasikan diri mereka untuk menjadi orangtua asuh bagi 46 anak.
“Qadarullah kami sampai saat ini belum diberikan keturunan, ternyata dititipkan bukan hanya satu dua anak, tapi dititipkan 46 orang anak,” seru Dimas. “Ya kalau dipikir ternyata ada pesan di balik ini semua yang memang anak-anak ini kita kondisikan layaknya anak kita.”
“Mengurus anak-anak yang mereka bukan anak kandung kita kan effort-nya lumayan,” ujar Dhini. “Apalagi ketemunya umur 18 tahun dengan segala sikap, perilaku, karakter, latar belakang yang beda-beda, effortnya cukup besar sekali, MasyaAllah.”
Meski begitu, Dhini dan Dimas tetap tulus memberikan perhatian kala menjadi orangtua bagi puluhan anak asuh tersebut. Keduanya juga tak memaksakan agar anak-anak asuh mereka bersikap hormat.
“Kita menjalankan itu dengan rasa, jadi memang kita prinsipnya full heart, full time,” kata Dimas. “Kan kita enggak tahu masa lalu mereka, apa yang mereka lewati, kita kasih perhatian enggak selalu dengan lisan tapi dengan perilaku kita. Akhirnya mereka ngerasa kok ada orang mau ngurusin gue yang bukan siapa-siapa, akhirnya tumbuh lah rasa respect, bukan hanya sebagai orang yang mengasuh di pondok itu, kekeluargaan. Pada dasarnya kita melakukan itu enggak punya strategi harus gimana, kita yakin niat kita baik, semua tergantung niat.”